Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang berlandaskan hukum, tidak pilih kasih, tidak plin-plan, tidak sewenang-wenang dan tidak zalim. Kewibawaannya diperoleh karena kelurusan para pejabatnya. Tidak ada hukuman tanpa ada kesalahan dan tidak ada ampunan kecuali bagi orang-orang yang ikhlas. Citra rakyat diperoleh karena tindakan adilnya bagi semua lapisan masyarakat, karena tangung jawabnya memelihara keamanan, berusaha membina diri dan menghindarkan diri dari hidup bermegah-megah.
Pemerintah itu memandang para pejabatnya sebagai pelayan masyarakat, bukan sebagai penguasanya. Mereka bertindak sebagai pelindung harta kekayaan negara, bukan sebagai pencuri-pencuri dan tidak pula menghambur-hamburkannya. Mereka orang yang paling sedikit kepentingannya dan paling banyak kewajibannya. Kewajiban mereka persis seperti kewajiban pelayan terhadap majikannya dalam memberikan pengabdian dan melaksanakan amanatnya.
Dalam pemerintahan seperti itu tokoh-tokohnya bekerja disiang hari bukan dimalam hari. Mereka mengatakan kepada masyarakat apa-apa yang akan dilakukan dan dilaksanakan. Kejantanan mereka lebih terlihat dalam prestasi mereka bekerja bukan dalam kemahiran berbicara. Kecerdikannya diperlihatkan dengan sikap teguh untuk merampas hak masyarakat yang dirampas perompak. Ia tidak berniat untuk meggelapkannya dan menguasainya, dan juga tidak ingin menumpuk harta sebanyak mungkin walaupun mampu, karena hal itu akan menambah beban penderitaan rakyat yang hidup terhina menjadi mangsa orang-orang yang zalim atau kaum feodal.
Pemerintahan seperti itulah yang akan mampu memasukkan kebahagian ke dalam setiap rumah, mampu memberikan ketenangan pada setiap kalbu, mampu mengenakan setiap pakaian pada setiap tubuh, mampu memberikan makan pada setiap perut. Tidak ada yang ditelanjangi untuk dikenakan pada orang lain, tidak ada ribuan orang yang dilaparkan demi mengenyangkan beberapa gelintir manusia lainnya, dan tidak ada upaya untuk mempermiskin rakyat demi memperkaya beberapa gelintir orang tertentu.
Itulah pemerintah yang istana para tokohnya bersinggasana didalam kalbu masyarakat, kepercayaan yang diberikannya bersumber dari rasa senang dan setianya, dan kelansungan pemerintahanya diperoleh berdasarkan dukungan penuh masyarakatnya yang sadar, bukan oleh dukungan segelintir orang yang takut karena ancaman senjata atau iming-iming yang menggiurkan.
Pemerintahan seperti inilah yang dicita-citakan oleh the founding fathers Indonesia, oleh Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Agus Salim, Budi Otomoe, ibunda Kartini, Muhammad Hatta, Natsir, dan seluruh para pejuang kemerdekaan yang telah mengorbankan darah mereka untuk terbentuknya negara ini, serta juga harapan yang diimpikan oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang hingga Maroke.
Sudahkah hal ini terwujud, sudahkah pemerintah memikirkan hal ini ketika melakukan tiap hal yang terkait dengan rakyat Indonesia?. Atau jangan-jangan selama ini apa yang dilakukan oleh sebagian aparat pemerintahan adalah untuk kepentingan pribadinya, partai politiknya dan keluarganya dengan mengatas namakan rakyat.
Pemerintah itu memandang para pejabatnya sebagai pelayan masyarakat, bukan sebagai penguasanya. Mereka bertindak sebagai pelindung harta kekayaan negara, bukan sebagai pencuri-pencuri dan tidak pula menghambur-hamburkannya. Mereka orang yang paling sedikit kepentingannya dan paling banyak kewajibannya. Kewajiban mereka persis seperti kewajiban pelayan terhadap majikannya dalam memberikan pengabdian dan melaksanakan amanatnya.
Dalam pemerintahan seperti itu tokoh-tokohnya bekerja disiang hari bukan dimalam hari. Mereka mengatakan kepada masyarakat apa-apa yang akan dilakukan dan dilaksanakan. Kejantanan mereka lebih terlihat dalam prestasi mereka bekerja bukan dalam kemahiran berbicara. Kecerdikannya diperlihatkan dengan sikap teguh untuk merampas hak masyarakat yang dirampas perompak. Ia tidak berniat untuk meggelapkannya dan menguasainya, dan juga tidak ingin menumpuk harta sebanyak mungkin walaupun mampu, karena hal itu akan menambah beban penderitaan rakyat yang hidup terhina menjadi mangsa orang-orang yang zalim atau kaum feodal.
Pemerintahan seperti itulah yang akan mampu memasukkan kebahagian ke dalam setiap rumah, mampu memberikan ketenangan pada setiap kalbu, mampu mengenakan setiap pakaian pada setiap tubuh, mampu memberikan makan pada setiap perut. Tidak ada yang ditelanjangi untuk dikenakan pada orang lain, tidak ada ribuan orang yang dilaparkan demi mengenyangkan beberapa gelintir manusia lainnya, dan tidak ada upaya untuk mempermiskin rakyat demi memperkaya beberapa gelintir orang tertentu.
Itulah pemerintah yang istana para tokohnya bersinggasana didalam kalbu masyarakat, kepercayaan yang diberikannya bersumber dari rasa senang dan setianya, dan kelansungan pemerintahanya diperoleh berdasarkan dukungan penuh masyarakatnya yang sadar, bukan oleh dukungan segelintir orang yang takut karena ancaman senjata atau iming-iming yang menggiurkan.
Pemerintahan seperti inilah yang dicita-citakan oleh the founding fathers Indonesia, oleh Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, Agus Salim, Budi Otomoe, ibunda Kartini, Muhammad Hatta, Natsir, dan seluruh para pejuang kemerdekaan yang telah mengorbankan darah mereka untuk terbentuknya negara ini, serta juga harapan yang diimpikan oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang hingga Maroke.
Sudahkah hal ini terwujud, sudahkah pemerintah memikirkan hal ini ketika melakukan tiap hal yang terkait dengan rakyat Indonesia?. Atau jangan-jangan selama ini apa yang dilakukan oleh sebagian aparat pemerintahan adalah untuk kepentingan pribadinya, partai politiknya dan keluarganya dengan mengatas namakan rakyat.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar